Much has been written about the history of Japan, but as we all know, history is not always true. To see actual history, we must look at what is painted, carved and printed as art! This means that the common people are the ones who really know what is happening in their own country and their artistic work shows it.
We can see, in the carvings of netsuke, paintings and woodblock prints, the views of foreigners that the old Japanese had. They showed the strange dress and manners of the foreign people. The government was, generally, against foreigners and any of their ideas. The common people, however, wanted the products and benefits that the new visitors could give to Japan.
The arrival in Tokyo Bay, in 1853, of an American fleet under Commodore Matthew Perry, started many changes in Japan. Much foreign technology was adopted and shortly after that visit, the Meiji Restoration began Japan’s growth into a position of world power.
In Yokohama, which was often called “The Wildwest of the Far East” due its violent nature, the foreign visitors were exciting art subjects and not considered as enemies at all. Their inventions charmed the people. The designers, carvers, printers and publishers of woodblock prints are what we can consider as the real historians of that time.
We must always look at art to show us the true sprit of a nation. That is one of the reasons that I like Japan so much. It shows me its real feelings, culture and heart through its splendid art and customs!
このブログは洞察力と知識を日本の文化についての追加しようと、私は日本の文化、これらの愛好家の一人です。 このブログの教育に加えて、また私たちは多くの文化や生活習慣の日本人に精通しているために作成されます... blog ini dibuat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang budaya jepang,dan saya salah satu pecinta budaya jepang ini. disamping untuk pendidikan blog ini juga diciptakan untuk kita agar lebih mengenal budaya dan gaya hidup orang jepang...
Sabtu, 26 Maret 2011
upacara minum teh ala jepang
(茶道, sadō, chadō, jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō (茶の湯, chatō?) atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.
cartoon japan
Bagi para penggemar berat doraemon, posting ini mungkin udah gak seru. Saya sendiri menggemari doraemon sudah sejak 20 tahun lalu :d Tak terasa……Saya memang suka sejak pertama melihat, waktu itu saya memang suka film kartun jepang.
Sejak tahun 1980-an, banyak sekali bermunculan cerita dan spekulasi tentang akhir kisah Doraemon.
- Kisah pertama —dan paling optimistik— dipublikasikan oleh Nobuo Satu beberapa tahun yang lalu. Diceritakan suatu hari, Nobita pulang ke rumah dan merengek-rengek mengadu ke Doraemon. Tapi tak lama, ia menyadari ada sesuatu yang salah dengan Doraemon; robot kesayangannya itu hanya diam dan tak menjawab keluhannya. Ia pun segera menelepon Dorami, adik Doraemon, dan meminta petunjuk darinya. Dorami kemudian memberi tahu bahwa baterai milik Doraemon habis. Silakan baca versi komiknya dibawah
- Yang kedua, akhir yang lebih pesimistik mengusulkan bahwa Nobita menderita autisme dan semua karakter yang ada (termasuk Doraemon) adalah karakter fiksional dalam imaginasinya. Ide bahwa Nobita sakit yang membayangkan semua seri di tempat tidurnya untuk membantunya menghilangkan depresi dan tekanannya membuat marah banyak fans. Banyak fans di Jepang protes diluar markas utama penerbit dari seri setelah mengetahui tentang hal ini. Penerbit akhirnya mengeluarkan pernyataan publik bahwa hal ini tidak benar.
- Yang ketiga berisi bahwa Nobita jatuh dan kepalanya terbentur batu. Ia mengalami koma. Untuk mendapatkan uang untuk operasi agar Nobita selamat, Doraemon menjual seluruh peralatannya di kantong ajabnya, namun, operasi tersebut gagal. Doraemon menjual semua peralatannya kecuali satu alat yang ia gunakan untuk mempersilahkan Nobita kemanapun ia mau, pada akhirnya, Nobita ingin pergi ke surga.
Birikut adalah episode akhir ceritanya versi pertama. Selamat menikmati.
Langganan:
Postingan (Atom)